Rapor Menteri Saat Pandemi Dan Resesi

Rapor Menteri Saat Pandemi Dan Resesi
Rapor Menteri Saat Pandemi Dan Resesi

Saatnya menilai kinerja menteri. Jika sekarang dikeluarkan rapor kinerja, bagaimana nasibnya? Untuk menguji ketangguhan dan kecakapan seseorang, hadapkanlah ia di situasi -situasi sulit, terjepit, dan atau sempit.Saatnya menilai kinerja menteri. Jika sekarang dikeluarkan rapor kinerja, bagaimana nasibnya? Untuk menguji ketangguhan dan kecakapan seseorang, hadapkanlah ia di situasi -situasi sulit, terjepit, dan atau sempit. Di kondisi itulah, seperti kata para pakar kepribadian, akan terlihat, siapa-siapa yang memiliki ketenangan, inovasi, kecepatan mengambil keputusan, nyali, sekaligus kepekaan.

Pada saat yang sama, posisi di atas menjadi alat deteksi siapa-siapa yang panikan, kaku, lamban, dan tidak memiliki sense of crisis. Ini semua dapat diukur dari output implementasi kebijakan, program, dan serapan anggaran. Capaian target-target yang digariskan dalam kontrak politik juga menjadi alat ukur.

Kalau sudah diketahui hasil rapornya, maka, Presiden Jokowi mesti menyegerakan untuk menyampaikan hasil-hasil monitoring dan evaluasi ke para pimpinan parpol –khusus untuk pos-pos menteri yang merepresentasi parpol. Kalau dibawah performance, segera partai mencari pengganti yang lebih unggul.

Bila parpol tidak menemukan kader unggul di internal maka mereka wajib mencari Ahli yang bisa diajukan sebagai menteri mewakili parpolnya. Jadi tetep kompetensi, jam terbang, kecakapan manajerial, yang paling utama. Ini semua dengan asumsi, Presiden Jokowi masih menjungjung politik dagang sapi di kabinetnya.

Bagi posisi menteri non-parpol tentu lebih mudah. Segera cari ahli dan jago eksekusi. Pintar dan menguasai bidang saja tidak cukup. Calon pengganti harus punya rekam jejak leadership dan manajerial yang baik di beberapa institusi plat merah maupun swasta.
Sekali lagi masa pandemi adalah masa darurat untuk menguji pribadi dan skills leadership. Berharap sekali kepada menteri-menteri yang achievement rapor-nya di bawah rata-rata untuk lempar handuk putih. Beri kesempatan yang lain.

Lebih baik mundur dari pada diberhentikan. Jangan melakukan usaha-usaha politik untuk tetap di posisi bila menyadari tidak sesuai target. Publik bisa menilai kok. Sekarang, ada juga beberapa lembaga exit-poll yang mensurvey kepuasan publik terhadap kementerian-kementrian. So please jangan nunggu dipermalukan. ***

Sumber: RMCO.id
Penulis: Budi Rahman Hakim
Penyunting: Suci Amalia