Jakarta, rmbooks.id – Muktamar ke-34 NU pada 23-25 Desember 2021 di Bandar Lampung dianggap momentum penting, karena memasuki fase tinggal landas dari perjalanan panjangnya di abad pertama menuju abad kedua. NU, sejak didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 31 Januari 1926 di Surabaya, telah senantiasa tegak lurus dalam memperjuangkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Momentum abad kedua, haruslah menjadi tonggak untuk menambatkan tugas baru sebagai garda perekonomian bangsa. Dibutuhkan soliditas jam’iyah dan kepemimpinan yang kuat,” kata Ahmad Muqowan dalam konferensi press Forum Silaturahmi Pendukung Said Aqil Siroj di Jakarta yang diikuti 60 pimpinan NU di daerah melalui zoom meeting, Rabu (3/11).
Setelah mencermati dinamika, dan menimbang kemaslahatan umat menjelang Muktamar ke-34 NU, atas nama Forum Silaturrahim Pendukung Kiai Said Aqil Siroj, Muqowan memohon kesediaan Prof. DR. KH Said Aqil Siroj, MA untuk maju dan dipilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.
“Kami juga berkomitmen untuk bersama-sama menjaga berjalannya muktamar yang teduh, damai, serta menghasilkan keputusan yang bermartabat,” kata dia.
Di mata para pendukungnya, PBNU masih membutuhkan dan masih menginginkan beliau sebagai pemegang estafet kepemimpinan menyongsong NU abad kedua.
“Satu dekade kepemimpinan Kiai Said Aqil Siroj dengan segenap ujian dan tantangannya, telah ditunaikan dengan luar biasa cemerlang. Langkah, sikap dan kebijakan strategis NU di bawah kepemimpinan beliau sudah on the best track,” jelas wakil ketua Forum Silaturahmi Pendukung Said Aqil Siraj itu.
Pasca Muktamar nanti, menurutnya NU memasuki periode emas karena akan ada agenda-agenda strategis internal dan eksternal, nasional dan internasional, yang akan bisa dituntaskan oleh sosok Kiai Aqil.
Dalam kepemimpinan Kiai Aqil, saat ini NU sedang berupaya menguatkan manajemen dan data base organisasi, telah merintis dan mulai menerapkan Sistem Pendataan secara Nasional Anggota NU melalui SispendaNU juga menerapkan prinsip transparansi keuangan sebagai persiapan jika setiap saat dibutuhkan audit publik.
Karenanya, figur Kiai Said sangat pada dalam menghadapi era society 5.0, PBNU, dalam kepemimpinan Kiai Said, juga telah dan terus menyiapkan diri. Antara lain melalui penguatan Perguruan Tinggi.
Di tempat yang sama, Imdadun Rahmat menyatakan NU secara nasional mempunyai 274 Perguruan Tinggi dibawah naungan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU).
“Tapi ini belum cukup. Sejak 2014, melalui Badan Hukum Perkumpulan NU, PBNU telah melahirkan 23 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) dengan memfokuskan output di tiga issue terkini, yaitu science, teknologi, dan engineering. 23 UNU ini sudah berjalan dan akan terus dikembangkan,” kata mantan Ketua Komnas HAM itu.
Menurutnya, dengan fokus pada tiga hal ini juga, Kiai Said masih menargetkan, dalam waktu yang tidak lama sekurangnya satu Wilayah NU akan sudah mendirikan satu Institut Teknologi dan Sains (ITS NU). Keberadaan perguruan tinggi berbasis science, teknologi, dan engineering ini menjadi penting dalam kerangka mencetak kecakapan hidup di era digital.
“Bersama Prof. DR KH. Said Aqil Siroj, Nahdlatul Ulama sampai kapanpun akan tetap menjadi organisasi penyeimbang, baik dalam peran-peran kebangsaan, sosial, ekonomi, kemanusiaan, dan politik,” pungkasnya.
Para pendukung mengklaim saat ini sudah ada 84 persen Pengurus Cabang NU (PCNU) dan 88 persen Pengurus Wilayah NU (PWNU) mendukung Kiai Said Aqil Siroj untuk menjadi pucuk pimpinan NU. Ini setara dengan 289 PC dan 21 dari PW 34, PCNU 521, PCINU 31 di seluruh tanah air dan manca negara.
Para pendukung Said Aqil Siroj yang hadir adalah Ahmad Muqowam (Waketum Forum), Sudarto (LP Ma’arif), Ghazali Harahap (eks Anshor), Sulthonul Huda (PBNU), Imdadun Rahmat (mantan Ketua Komisioner Komnas HAM), Amin Nasutin Sekjend Forum (Mantan Ketua Umum IPNU, Ulil Hadlrowi (Dosen dan peneliti), Faisal Saimina (ISNU).[]













Leave a Reply