Pemakaman Fahmi Idris, Akbar Tanjung : Idealisme Mengantarkannya Sukses

Jakarta – Wafatnya Fahmi Idris pada hari ini Minggu (22/5) sekitar pukul 10.00 WIB di Rumah Sakit Medistra Jakarta, menyisakan duka mendalam. Terlihat dari suasana pemakamannya di tanah kusir pada hari ini juga pukul 16.00 yang dihadiri oleh keluarganya, Anies Baswedan, Akbar Tanjung dan para sahabat perjuangannya.

Dalam sambutan pihak keluarga, Fahira Idris menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu kelancaran sampai tiba di pemakaman tanah kusir.

“Alhamdulillah hari ini, bapak tiba dengan lancar untuk dimakamkan di samping makam istrinya, ibu Hartini yang telah meninggalkannya delapan tahun silam. Dan mohon jika ada sangkut paut bisa menghubungi keluarga,” ujarnya.

Dalam pidatonya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan duka mendalam atas kepergian almarhum. Baginya, almarhum merupakan sosok yang menjadi panutan banyak orang, termasuk dirinya.

“Saya atas nama pribadi dan pemerintahan DKI Jakarta menyampaikan duka mendalam. Semoga almarhum mendapat tempat layak di sisi-Nya dan diampuni dosa-dosanya,” ucap pria alumni HMI ini.

Sesama alumni HMI dan politis Golkar, Akbar Tanjung, menceritakan almarhum merupakan sosok yang gigih memperjuangkan idealismenya, dari mahasiswa yang aktif di laskar Arief Rahman Hakim, menjadi pengusaha sampai dipercaya menjadi menteri perindustrian di kabinet Indonesia Bersatu.

“Almarhum sukses karena idealismenya bukan ambisi pribadi,” kenang dia.

Akbar mengaku pernah beda sikap dan pandangan dengan almarhum, tapi menurutnya itu bagian dari dinamika perjuangan.

“Hari ini saya sampaikan telah memaafkan almarhum. Apakah beliau orang baik ?,” tanyanya pada yang hadir.

‘Baik,” ucap ratusan pelayat yang hadir.

Dikutip dari situs kepustakaan presiden Perpustakaan Nasional, Fahmi lahir di Jakarta pada 20 September 1943. Dia merupakan anak dari pengusaha asal Minang, Haji Idris Marah Bagindo.

Fahmi berkesempatan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Di kampus dia aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pada 1965 sampai 1966, Fahmi menduduki posisi Ketua Senat Fakultas Ekonomi UI. Namun, dia tidak menyelesaikan kuliahnya dan memilih merintis menjadi wirausaha.

Fahmi melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Extension Universitas Indonesia dan pendidikan Financial Management for Non-Financial Manager pada 1973. Dia juga pernah menjadi Ketua Laskar Arief Rachman Hakim antara 1966 sampai 1968.

Lulus kuliah, Fahmi lantas mendirikan sejumlah perusahaan, yakni CV Pasti, PT Kwarta Daya Pratama, PT Krama Yudha, dan lain-lain.

Usaha yang dirintis Fahmi berkembang pada 1980-an. Dia juga mengajak sejumlah rekan-rekan aktivis 1966 untuk menjadi pengusaha.

Fahmi kemudian diangkat menjadi juga menjadi Presiden PT Kongsi Delapan (Kodel) Grup. Perusahaan itu berisi kumpulan perusahaan konglomerasi di bawah Aburizal Bakrie, Soegeng Sarjadi, dan Pontjo Sutowo.

Perusahaan itu berhasil mengembangkan hotel di kawasan elit Amerika Serikat.

Pada 1984, Fahmi bergabung dengan Partai Golkar. Kemudian pada 1998 sampai 2004, Fahmi menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar.

Fahmi pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dalam kabinet Kabinet Indonesia bersatu masa kerja 7 Desember 2005 – 22 Oktober 2009.

Dia juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam kabinet Kabinet Indonesia bersatu masa kerja 21 Oktober 2004 – 7 Desember 2005.

Adapun keluarga yang ditinggalkan adalah ;

  1. Ibu Yenni Fatmawati (Istri)
  2. Hj. Fahira Idris,SE.,MH (Anak)
  3. Fahrina Fahmi Idris (Anak)
  4. H. Aldwin Rahadian (menantu)
  5. Buya Fahri Al Katiri (menantu)
  6. Para Cucu Keluarga Besar H. Fahmi Idris.