Bonus demografi 2030 harus dipahami sebagai momentum kebangkitan anak muda bagi nusa dan muda. Generasi yang mampu menangkap peluang zaman untuk keberlanjutan isian kemerdekaan yang bagi founding father harus terus mencari cara terbaik untuk bangsa ini. Memperjuangkan kemerdekaan tidak berhenti pada teks proklamasi tapi hidup dalam abdi nyata anak muda tanah air.
Islam sendir memberikan respon konstruktif atas peran kaum muda yang terlihat dalam Salah satu isi dari “Lakukanlah 5 Perkara Sebelum Datang 5 Perkara”. Term lima ini sangat terkenal di kalangan muslim mengingat sumber haditsnya kuat dan bersambung ke nabi.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
*Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,…..*
Islam sangat menghargai waktu, karena waktu yang sudah berlalu tidak bisa diputar kembali .
Hadist di atas mengandung makna motivasi dan komitmen.
Menggapai harapan dan menuai berkah semestinya dapat disegerakan.
Dimensi menyegerakan tidak hanya sebatas manusia belajar dan bekerja meraih kebahagiaan dunia semata, namun Islam lebih mengutamakan manusia untuk menyegerakan untuk beribadah kepada Allah dan berbuat kebajikan kapanpun dan dimanapun.
Allah memberikan keistimewaan bagi anak muda manakala diusianya senantiasa dekat dan mentaknirkan masjid.
Maksud hadist ini juga agar anak muda dalam mengisi kehidupannya tidak pernah meninggalkan perintah Allah dalam hal menunaikan sholat dan kebajikan lainnya.
Sebaliknya kehancuran akan datang manakala anak muda dalam mengisi kehidupannya dengan berfoya-foya, bermalas-malasan, jauh dalam beribadah dan senantiasa membuat masalah bagi diri dan lingkungannya, sesungguhnya anak muda itu sedang memupuk malapetaka atau bencana yang sewaktu akan datang dimasa dewasa atau tuanya nanti.
Allah memberikan keistimewaan bagi anak muda yang dekat dengan masjid, sebagaimana hadist mengisyaratkan bahwa ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT salah satunya adalah pemuda yang memakmurkan masjid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”
Di sisi dimensi keduniawian, Islam tidak melarang umat-Nya menjadi orang yang berada di posisi *puncak karir* dan menjadi orang kaya yang *tajir melintir*.
Namun demikian Islam melarang juga umat-Nya manakala dalam meraih itu semua melakukannya dengan cara-cara yang dilarang oleh Islam, seperti berlaku korupsi yang merugikan banyak orang
Kerja keras berlaku jujur dan menyenangkan kepada seluruh mitra kerja atau konsumen sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dimana di usia mudanya bekerja dengan menjadi pedagang yang sangat disegani kerena kejujuran dan kepiawaiannya dalam berniaga.
Islam memuliakan bagi umat-Nya manakala memanfaatkan hartanya diperoleh dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Sebagaimana hadits riwayat Bukhari di bawah ini:
Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as. memakan makanan dari hasil usahanya sendiri
Marilah kita songsong esok hari lebih baik dalam meraih usia muda adalah usia.emas bagi kita semua.
Penulis:
Deni Nuryadin
Komissioner BAZNAS TANGSEL
Leave a Reply