إِنَّ الْمُعَلِّمَ وَالطَبِيْبَ كِلاَ هُمَا #
لَا يَنْصَحَانِ إِذَا هُمَا لَمْ يُكْرَمَا
Sesungguhnya guru dan dokter itu dua duanya
Tidak akan memberi nasehat kalau keduanya tak dihormati
Menyimak beragam kreatifitas banyak pihak beri penghargaan pada guru ada inspirasi dan inisiasi. Guru adalah lautan nilai bagi kita yang mendorong untuk berkarya. Dan akhirnya kita juga menjadi guru bagi orang terdekat kita.
Inspirasi dari guru adalah mengeja huruf untuk merangkai kata. Kalimat renyah lahir di sajian narasi. Andaikan ranting pohon itu pena dengan lautan sebagai lembaran buku, hanya guru yang bisa mendorong muridnya untuk nulis lagi dan lagi.
Tulisan penuh inspirasi itu akan jadi tanda kasih murid pada gurunya. Jangan sampai menjadi beban moral hanya karena merasa lebih pintar dari guru. Ingat ada dedikasi di atas ilmu yang digunakan dalam jutaan lembar di muka bumi ini.
Pernah satu kesempatan seorang ahli tata bahasa bernama Ibnu Malik melanggar adab pada guru. Dia melakukan auto kritik terhadap karya sama buah tangan gurunya bernama Ibnu Mu’thi.
Pelanggaran Ibnu Malik banyak dikatakan sebagai karma oleh banyak orang. Seorang yang begitu rasional tapi sangat emosional, ternyata mati kutu ketika menulis baitnya sekira 2 persen.
Inspirasi yang didapatkan dari gurunya sirna seketika. Perilaku kurang adab telah menaikan dirinya hingga lupa apa yang dilanjutkan. Dan setelah mengoreksi diri dengan kenangan indah semasa belajar pada Ibnu Muthi, Ibnu Malik sadarkan diri.
Bukan oleh apa yang harusnya ditulis untuk bagian selanjutnya dari karya itu, tapi butiran air mata seraya panjatkan doa untuk sang guru Ibnu Mu’thi.
Butiran air mata itu terus mengalir dari pelupuk mata seiring dengan rasa sesal di dada. Dengan terus lafalkan doa sekaligus maaf pada apa yang terjadi dengan dirinya.
Ternyata dirinya bukan apa-apa jika saja sang guru tidak menggerakkan lidah untuk mengenalkan ejaan huruf dan tata bahasa.
Di akhir drama durhaka tersebut, Ibnu Malik memaksakan diri melanjutkan karyanya meski pikiran tidak menentu. Dia terus mencoba dan mencoba, seperti yang dilakukannya ketika dahulu bodoh.
Dia terus menikmati rasa bodoh itu sampai serendah-rendahnya dirinya dibandingkan sang guru yang dulu mendidiknya.
Tanpa diminta dan dikata akhirnya lahir pada satu bait penting dalam kitab alfiyah karya Ibnu Malik itu.
Sebab dahulu beliau (Ibnu Muthi) memperoleh keutamaan, yang berhak pujian baikku.
Bait tersebut jika dibaca terasa lompat tinggi dari makna sebelum dan sesudahnya. Setelah berpijak dari rasa sombong diri dengan hanya mengandalkan nalar dan emosional, bait selanjutnya bisa tertata rapi dan sejuk.
Kreasi Ibnu Malik akan menjadi sangat sampah untuk ukuran zamannya, jika tidak tersadarkan diri pada adab. Murid bukan hanya soal menikmati inspirasi tapi juga sadar diri akan kering payah seorang guru.
Relasi adan dan ilmu itu menegaskan kita untuk menyapa lagi pada guru kita. Apa kabar mereka saat ini ? Baik yang sudah wafat maupun yang masih setia mendoakan para muridnya.
Tidak banyak yang mereka minta. Kalaupun pernah kita memberi suatu yang untuk ukuran bisa lebih, pasti tidak akan sanggup membayar apa yang mereka berikan.
Permintaan mereka juga bukan materi, tapi agar kita bisa merawat inspirasi dengan rendah hati. Inspirasi itu adalah benih tinggal bagaimana dia diperlukan dengan tetap ingat pada siapa yang telah memberinya.
Saya, Anda dan atau Kita semua mungkin pernah ada dalam satu posisi teringat pada guru, ketika tepuk tangan meriah atas prestasi kita. Tapi kita bukan hanya terlena dengan puja dan puji, tapi menjerumuskan emosi kita pada rasa lebih pintar dari seorang guru.
Sesungguhnya yang rugi bukan guru yang tidak mendapat kehormatan, tapi kerapuhan moralitas yang pada gilirannya akan menjegal kebaikan apa pun yang kita berikan.
Penjegalan itu minimal pada rasa di mana nalar menjadi dewa yang menghukum kebaikan yang lahir dari orang lain. Sampai pada akhirnya tidak sadar bahwa satu kebaikan itu akan tida terasa lagi ketika kebaikan lain lahir belakang hari.
Kisah Ibnu Malik di atas menjadi sangat emosional ketika hari ini adalah hari guru. Kita hanya butiran kecil dari kebaikan yang telah ditorehkan oleh para guru kita.
Menjadi murid adalah meraih inspirasi dengan tetap rendah hati. Dan kita semua pada akhirnya menjadi guru untuk keberlanjutan kebaikan di muka bumi ini
Yakin Guru Itu Hebat !
Leave a Reply