Covid-19, Menko Airlangga Ingatkan Rem dan Gas

Jakarta, rmbooks.id – Harapan kita semua Covid-19 cepat berlalu agar kehidupan berjalan seperti biasa. Namun, bagaimana caranya?

Bagi pemerintah, Indonesia menggunakan strategi yang mengutamakan keseimbangan antara penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi secara nasional.

“Sebagaimana arahan dan kebijakan Bapak Presiden Joko Widodo maka kombinasi keseimbangan antara ‘rem dan gas’ dijalankan sebagai upaya bijaksana yang optimal dalam merespon pandemi dan menghadapi dampak sosial ekonomi yang timbul,” kata Menko Airlangga, di keterangan digital yang tersiarkan Kamis (28/10).

Dijelaskannya, pemerintah sejauh ini juga melakukan evaluasi atas program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) termasuk di dalamnya meliputi optimalisasi anggaran antar klaster PEN.

Menko Airlangga mengaku akan melakukan koordinasi yang semakin baik, intens dan efektif dalam pelaksanaan dan evaluasi berbagai program PEN, serta memastikan keberadaan alokasi sekaligus proyeksi penyerapan anggaran sampai dengan akhir tahun.

“Langkah koordinasi dan optimalisasi dana PEN ini dilakukan agar dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, khususnya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, memberikan dukungan bagi dunia usaha dan yang terpenting adalah mendorong daya beli sekaligus tingkat konsumsi masyarakat secara agregat,” jelas dia.

Ketua Umum DPP Golkar telah menyampaikan hal di atas dalam Rapat Koordinasi Terbatas Evaluasi Program PC-PEN dan Optimalisasi Anggaran PEN bersama Wakil Menteri Keuangan Bapak Suahasil Nazara, Menteri Kesehatan Bapak Budi Gunadi Sadikin, dan Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Prof. Wiku Adisasmito yang diselenggarakan secara virtual, sore tadi (Selasa, 26/10) di Kantor Kemenko Perekonomian RI.

Upaya Menko Airlangga ini bisa dipahami sebagai respon hati-hati dari data Johns bahwa kasus Covid-19 di seluruh dunia dengan angka 233,6 juta kasus dengan 241 ribu kasus selama 28 hari terakhir.

Jika melihat grafik kasus mingguan, total kasus mingguan sedang turun. Penurunan belum sampai ke level bulan Februari dan Juni lalu ketika kasus dunia melandai, sebelum kemudian melonjak lagi pada April-Mei dan Agustus.

Total kematian ada 4,7 juta selama pandemi. Grafik kematian juga terpantau tidak melonjak selama gelombang baru melanda dunia. Hal ini merefleksikan vaksin Covid-19 yang berhasil mencegah kematian.

Mengutip m.liputan6.com (30/9) bahwa Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengungkapkan faktor utama penurunan kasus COVID-19 di Indonesia bukanlah penerapan prokes 3 M.

Menurutnya, yang menjadi penyebabnya adalah adanya pembatasan mobilitas dan kegiatan masyarakat. Hal itu terbaca kala pemerintah mulai melonggarkan kegiatan masyarakat, maka berangsur kasus Covid-19 mulai meningkat.

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya kita untuk menjaga protokol kesehatan 3M belum maksimal dan belum dapat menjadi faktor utama penurunan kasus Covid-19. Pembatasan mobilitas dan aktivitas masih menjadi faktor utama,” papar Wiku.

Padahal, menurut Wiku pembatasan kegiatan masyarakat tak bisa dilakukan secara terus menerus mengingat dampak negatif yang banyak ditimbulkan. Apalagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat menelan biaya yang tak sedikit.