Musyawarah Nasional Partai Golkar pada 2019 dan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar 2021 menghasilkan rekomendasi mendukung pencalonan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada Pemilihan Preisden 2024. Ini mendakan keputusan tentang Ketua Umum Partai Golkar Bapak Airlangga Hartarto sangat legitimate, sesuai dengan mandat dari kader di bawah..
Terdapat 34 DPD tingkat provinsi, 10 organisasi masyarakat di lingkungan partai, serta para senior partai telah menyatakan aspirasinya secara langsung.
Aspirasi kader tersebut dalam praktiknya membutuhkan strategi matang, terukur sekaligus berkelanjutan. Karena proses pemenangan capres bukan barang jadi dalam tubuh partai politik, tapi harus 0p0didistribusikan ke pasar para pemilih. Kalaupun Golkar bisa dengan leluasa karena raihan suara melebihi angka 20 persen, tapi jalan pemenangan masih terbentang panjang.
Ada asumsi kuat di mana yang pertama dan utama adalah pemilih millenial, mengingat hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan tingkat keterpilihan Airlangga sebagai presiden oleh anak muda berada di angka 0,2 persen dan tingkat keterpilihan Partai Golkar berada di angka 5,7 persen.
Bayi sehat bernama millenial ini sepertinya akan menjadi pemilih potensial bagi siapa pun yang ingin berlaga dalam pemilu 2024. Terbukti juga dalam 2019 di mana partai baru PSI banyak meraih suara sehingga menempatkan kadernya selain DPR RI. Kemungkinan besar kecendrungan pemilih millenial ini akan terulang kembali dalam pemilu 2024.
Survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia menunjukkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat perolehan angka tertinggi soal tokoh yang dipilih anak muda untuk menjadi presiden.
Saya kira kerja politik Partai Golkar di masa mendatang sedapat mungkin menandakan diri pada kepentingan pemilih millenial, jika ingin menikmati indahnya proses pemenangan Airlangga Hartarto.
Jika ditelisik positioning menjadi Menko Perekonomian punya potensi besar menaikkan skor elektabilitas pucuk beringin ini. Tinggal menandakan setiap peran aktif Airlangga dalam penanganan Covid-19 pada kepentingan kaum millenial.
Juga bisa menguatkannya dengan model dan cara efektif mengkomunikasikannya dengan yang biasa disapa oleh kaum millenial. Semisal taburan berita dan atau sejenisnya dalam medan digital, sehingga bisa menyapa mereka setiap saat.
Adalah menjadi kebingungan tersendiri menggaet kaum milenial, karena alasan kebaruan mereka sekaligus sisi emosionalnya. Mereka adalah berada dalam masa pendewasaan diri yang menyebabkan cepat beralih pilihan, hanya soal beda gaya sekalipun.
Karena kanal digital telah mengubah politik kita secara dramatis, dari struktulis jadi populisme dan dari berorientasi kekuasaan, kini lebih pada keseharian. Akhirnya menjadikan aktor politik harus berani terjun pada kanal digital secara besar-besaran, konsisten sekaligus unik-inspiratif.
Pemilu 2024 jelas berbeda, kaum milenial sekira 55% pemilih, memiliki karakteristik yang khas dan harus didekati dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, agar mereka tidak apatis, apalagi sampai tidak terdaftar dan masuk ke TPS.
Kaum milenial perlu mendapat perhatian dalam pemilu 2024, karena karakter mereka yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Menurut Survei Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet (2016), penetrasi internet oleh kategori umur Millenial sebesar lebih dari 75%.
Mereka dibesarkan di era kemajuan teknologi informasi yang mengubah berbagai sendi kehidupan, khususnya media, yang menggunakan internet untuk segala macam urusan, mulai dari mencari berita, memesan tiket, membeli barang, mengirim pesan melalui berbagai media sosial.
Dalam salah satu survei CSIS ditemukan sebanyak 87% generasi millenial memiliki facebook, 70.3% memiliki Watsapp, 54,7% memiliki instagram, dan masih tetap setia pada Twitter 23.7 persen. Mereka perlahan-lahan meninggalkan surat kabar, TV, bahkan radio, tapi beralih pada kanal digital yang menyajikan berita yang mereka perlukan dan real time..
Kalaupun memang tertarik pada politik, lebih karena isu-isu tentang masa depannya seperti akses pendidikan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan, dan rumah murah.
Kerja pencapresan Airlangga, sejatinya bukan soal menjadi pemenang, tapi juga ada upaya mendidik kaum milenial bahwa mereka adalah pemimpin masa depan. Kaum milenial bisa diajak untuk memperhatikan hak dan kewajiban, melihat demokrasi sebagai proses membesarkan harapan, sekaligus regenerasi pemimpin adalah niscaya.
Para tim sukses harus meyakinkan kaum milenial untuk datang ke TPS, sehingga mereka akan menikmati proses demokrasi, menegaskan pada dasarnya di tangan mereka masa depan negara ini dititipkan.
Selamat menikmati pemilu 2024, lewat kanal digital semua seni memenangkan akan terus dilihat. Jika masih terjebak pada bingar bingar di panggung megah maka boleh jadi sepi dari pemilih milenial di TPS. Mereka unik tapi tetap menarik.
Leave a Reply