Oleh Deni Nuryadin (Komisioner BAZNAS Tangsel)
Dalam kehidupan nyata, kita tidak bisa menyangka akan kedatangan satu peristiwa. Dia akan datang dan pergi begitu cepat. Semisal hari ini kita bertemu dengan seseorang, besoknya mungkin sudah dipanggil Yang Kuasa.
Tidak menyangka adalah sebuah ungkapan ketidakmampuan manusia dalam memprediksi kapan seorang umat manusia akan meninggal
Namun di sisi kehidupan saudara kita yang lain baru saja mendapatkan kebahagiaan dengan mendapatkan kelahiran puteranya atau cucunya yang baru lahir.
Kematian akan datang pada setiap manusia ibarat sebuah busur yang dilesatkan kepada setiap target dan tidak pernah akan meleset dan tidak ada yang mampu di dunia ini untuk menahannya sekalipun itu harta, pangkat, jabatan kekuasaan digunakan sebagai perisainya.
Mempersiapkan bekal terbaik berupa amal sholeh baik beribadah kepada Allah maupun kesholehan sosial kepada sesamanya. Hal ini merupakan satu-satunya cara manusia dalam mempersiapkan dirinya siap dengan busur kematiannya dan manusia tidak bisa tawar menawar serta tdak ada pilihan cara lainnya.
Sebagaimana ayat QS. Al-A’raf Ayat 34
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya:
“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
Peristiwa di atas sebenarnya memiliki kesesuaian dengan lantunan indah dari seorang alim di zamannya. Dialah Abul Athiyyah yang bersenandung tatkala menasehati Kholifah Harun Ar Rasyid.
لَا تَأْمَنِ الْمَوْتَ فِيْ طَرْفٍ وَلَا نَفَسٍ … وَلَوْ تَمَنَّعْتَ بِالْحِجَابِ وَالْحَرَسِ
وَاعْلَمْ بَأَنَّ سِهَامَ الْمَوْتِ قَاصِدَةٌ … لِكُلِّ مَدَرَّعٍ مِنَّا وَمُتَرَّسِ
تَرْجُو النَّجَاةَ وَلَمْ تَسْلُكْ مَسَالِكَهَا … إِنَّ السَّفِيْنَةَ لَا تَجْرِيْ عَلَى الْيَبَسِ
“Janganlah merasa aman dari kematian dalam sekejap maupun senafas.
walaupun engkau berlindung dengan tirai dan para pengawal.
Ketahuilah bahwa panah-panah kematian selalu membidik setiap dari kita,
yang berbaju besi maupun yang berperisai.
Engkau menghendaki keselamatan, sedang engkau tidak menempuh jalan-jalannya,
sesungguhnya perahu tidak akan berjalan di atas daratan kering.”
(Raudhatul Uqalaa karya Ibnu Hibban hal. 285).
Tulisan sederhana ini semoga menjadi “ibroh” (pelajaran) bagi penulis sendiri dan dapat bermanfaat buat kita semua, Aamin.
Leave a Reply