Membumikan Al-Quran, Kompas Keselamatan Hidup

Kisah seorang anak bertanya kepada ayahnya di dalam hutan dimana keduanya sedang mencari kayu bakar. Anak: “Ayah bagaimana caranya kita pulang kembali ke desa manakla kita tersesat di dalam hutan,

Ayah:”salah satu langkah yang bisa kita tempuh adalah menyusuri kembali jalan yang pernah kita lewati dan kita sudah beri tanda yang mudah dikenal dan diketahui kita, misal mematahkan dahan pohon atau mengikat pita pada setiap dahan pohon dengan berjarak 10 meter.

Anak:”bagaimana jika jika dahan yang sudah kita beri tanda tadi tidak kunjung ditemukan.”

Ayah: “kita bisa menggunakan kompas atau petunjuk arah matahari”.

Kisah di atas memberikan hikmah atau pelajaran bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia saat ini memerlukan petunjuk atau arah agar kita senantiasa selamat dalam menjalaninya.

Ibarat perjalanan yang kita lalui terkadang tidak selalu sesuai dengan harapan dan keinginan serta maunya Allah.

Manusia diuji dengan kesenangan harta, jabatan dan lainnya sebagai ujian, apakah lulus dengan semakin mendekatkan diri dengan beribadah kepada Allah atau sebaliknya semakin menjauh dengan melakukan apa saja yg dimurkai Allah

Allah telah memberikan Al qur’an dan hadist sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini agar tidak tersesat ibarat sebuah kompas memberikan arah jalan yang benar kembali menuju keselamatan.

إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Artinya:

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” [QS. Al Isra: 9].

Tapi kebanyakan manusia lalai atau lupa bahwa dirinya sedang tersesat, barulah tersadar manakala nyawanya sudah sampai kerongkongan, memohon ampunan agar dapat selamat dalam kehidupan selanjutnya yakni akherat.

كَلَّآ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَۙ

Artinya:

“Tidak! Apabila (nyawa) telah sampai ke kerongkongan,” (QS Al qiyamah:26)

Terkadang cinta akan dunia melalaikan umat manusia untuk tetap berpegang teguh di jalan tali Allah.

Al quran jarang dibacanya bahkan disentuh pun tidak, ia hanya menjadi penghias lemari tamu hingga berdebu. Mereka lebih senang membaca karya buatan manusia, bukan tidak boleh tapi marilah kita berinteopeksi diri, sudah berapa lama alokasi waktu dari 24 jam sehari yang kita gunakan mempelajarinya, sudah berapa lamakah yng kita gunakan untuk mengaji, sudah berapa ayatkah Al Quran yang kita baca dan mengkajinya dengan bimbingan dari para ulama atau orang yang faham dan fasih.

Mereka lebih senang menghadiri tempat-tempat mengundang kesenangan semata, namun jarang atau bahkan alergi untuk menghadiri kajian-kajian menuntut ilmu menambah khazanah pengetahuan tentang agama dari para ulama dan orang sholeh, padahal sesungguhnya ilmu yang mereka dapatkan akan membimbing dan membawa mereka pada keselamatan di dunia dan akhirat.

Momentum itu datang setiap saat, asal kita mau dan berkeinginan keras untuk kembali kepada Al Quran dan Hadist mempelajari membaca dan mengkajinya untuk selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, Aamiin YRA.

Penulis Deni Nuryadin Komisioner BAZNAS Kota Tangerang Selatan