Cerpen oleh
Kurnianto Purnama
AKU tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana tapi bersih dan rapi. Tetangga-tetangga kiri kanan rumah kontrakan kami, cukup ramah dan baik. Pemilik rumah yang kami kontrak juga ramah dan boleh dikatakan seperti saudara. Ukuran rumah kami kecil, tiga setengah kali sepuluh meter. Aku senang dan merasa nyaman tinggal di sini.
Di rumah ini, aku tinggal bersama istri dan seorang putri kesayangan, yang berusia tiga tahun. Setiap hari aku pergi bekerja, sementara istri dan anak ada di rumah. Istri masak di rumah dan menjaga anak di rumah.
“Koko….hari ini ulang tahunmu, saya tidak masak dan kita rayakan ulang tahunmu, kita makan malam di rumah saja ya” tutur istriku saat aku hendak mengambil sepeda motor pergi kerja pagi ini.
“Saya rebus telur dan kamu beli dua bungkus mie goreng untuk rayakan ulang tahunmu entar malam di rumah ” imbuh istriku lagi.
Bagi orang Tionghoa, biasanya akan makan mie goreng sebagai lambang agar yang berulang tahun panjang umur dan telur rebus dikasih warna merah sebagai lambang banyak rezeki.
“Baik….nanti sore saat pulang kerja, aku akan membeli dua bungkus mie goreng untuk makan malam bersama” jawab aku sambil menghidupkan mesin sepeda motor.
Hatiku merasa senang, sebab aku berulang tahun hari ini, dan ada suasana istimewa di rumah, bisa makan mie goreng kesukaanku.
Selama ini, istri masak dengan sayur-mayur yang dibeli dari gerobak abang-abang, yang sering mondar-mandir di gang depan rumah.
Tatkala jam tempat aku bekerja, menunjukkan tepat jam empat sore, aku pun pulang dengan senang. Lantas aku pergi ke sebuah restoran masakan khas Belitung.
“Cik….aku pesan dua bungkus mie goreng untuk dibawa pulang ya” kataku pada Encik yang memasak itu.
“Mau pakai daging atau pakai sea food…Ko?”
“Pakai sea food saja” jawabku dengan senyum kecil.
Tak lama kemudian, selesai mie goreng ini. Lalu aku taruh dan gantung di stang motor dengan kantong plastik warna merah.
Kira-kira dua puluh menit aku pulang dari restoran ini, mendekati belokan di lampu merah, sepeda motorku ditabrak mikrolet yang penuh penumpang, karena saat itu adalah jam pulang kerja. Sepeda motor dan aku terpelanting. Lantas mie gorengku terjatuh dan terlindas oleh mikrolet ini. Celanaku sobek dan kakiku sedikit terluka.
Sesampai di halaman rumah, aku mendengar, istri berkata pada putriku.
“Papa pulang….papa pulang”.
Ketika melihatku, ia berkata “Kenapa kakimu terluka dan celanamu sobek?”
Di jalan tadi, aku ditabrak mikrolet, dan mie goreng aku beli jatuh dan terlindas oleh mikrolet ini.
“Oh…tak apa, yang penting kamu selamat” tutur istriku dengan mata yang berkaca-kaca.
Akhirnya, kami tetap merayakan malam ulang tahunku di rumah dengan makan telur rebus merah dan kuah telur, yang dimasak belakangan.
Meskipun awalnya terasa sedih, namun kami tetap melupakan hal-hal yang sedih, dan tetap melangkah ke depan. Sebab masa lalu merupakan sejarah, masa depan merupakan cita-cita.#
Leave a Reply