Golkar Dan Airlangga

Menulis Golkar hari ini lebih disebabkan karena posisi ketua umumnya Airlangga Hartarto adalah Menko Perekonomian. Airlangga menempati posisi sebagai menteri yang pemegang kendali roda perekonomian, bukan dalam kondisi normal tapi pahit getir karena pandemi Covid-19.

Airlangga yang pada tahun 2021 akan semakin memperkuat pelaksanaan program penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi yang mana fondasinya telah dibangun di tahun 2020.

Adalah program PCPEN akan difokuskan khususnya dalam hal pelaksanaan vaksinasi secara gratis, pemberdayaan UMKM, implementasi UU Cipta Kerja dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI), serta sejumlah kebijakan fundamental lainnya.

Golkar dalam posisi teruji harus menempati posisi sama dengan beban ketua umumnya. Bagai koin bermata dua, satu sisi harus menjalankan konsolidasi demokrasi yang dinamis sekaligus mata koin satunya berupa partisipasi produktif proyeksi Menko Perekonomian.

Berjuang dalam ranah krisis perlu banyak pertimbangan, agar konstituen tidak dibiarkan sendiri. Konsolidasi demokrasi bagi Golkar, harus banyak menyerap aspirasi penanganan pandemi Covid-19 sampai titik maksimal.

Jika Golkar masih terjebak pada lagu lama, tidak mampu melahirkan trobosan program yang paralel dengan penanganan krisis, maka satu saat akan menjadi sebuah nama.

Golkar pernah besar dan membesarkan diri pasca reformasi, tapi tidak mampu lagi bergerak melayani aspirasi publik. Turbin politik Golkar pernah berputar kencang melebihi partai lainnya yang kini ada.

Jika dimaknakan lebih bijak, posisi ketua umumnya adalah momentum emas untuk menambah saldo elektoral. Yang satu saat nanti akan bisa membantu Golkar lebih bisa berperan lagi di masa mendatang.

Setiap titik konsolidasi demokrasi akan melahirkan “pohon beringin” baru yang bisa dijadikan tempat berteduh banyak konstituen. Kerimbunan pohon beringin dikenang banyak orang menjadi tempat menyejukkan di tengah panasnya kehidupan berbangsa dan bernegara.

Momentum emas bukan tanpa risiko coba dan salah, karena pandemi Covid-19 menjadikan banyak sektor kehidupan, termasuk konsolidasi demokrasi Golkar, harus berhadapan dengan sikap dan cara pandang yang berbeda.

Sikap politik Golkar detik ini sudah harus beradaptasi cepat dan tepat dengan langkah penanganan krisis. Termasuk di dalamnya menjadikan kadernya di seluruh tanah menjadi garda terdepan dalam pemulihan ekonomi.

Out put politik Golkar nyaris tidak berjarak dengan proyeksi ketua umumnya yang nota bene punya peran produktif dalam pemulihan ekonomi. Kesamaan aksi setiap kader Golkar dengan proyeksi Menko perekonomian sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Minimal membiasakan diri konsolidasi demokrasi yang mengindahkan protokol kesehatan, yang didalamnya harus terbiasa dengan media digital, karena hanya dengannya masih bisa mendistribusikan agenda politik sampai tingkatan paling bawah.

Kendala komunikasi menjadi ujian pertama bagi semua parpol, yang tadinya terbiasa dengan copy darat penuh dinamika konsolidasi. Perpindahan ke ranah digital untuk masyarakat yang masih sekedar menjadikan media digital sebagai hiburan, sangat sulit untuk urusan menyangkut hajat penting dirinya sekalipun.

Golkar harus bisa lebih luwes dalam menyesuaikan diri dengan keadaban publik yang masih gagap akan media digital. Penyesuaian ini memang akan melelahkan, karena akan banyak agenda politik tidak bisa dipantau dengan cara kondisi normal.

Selanjutnya adalah materi dalam konsolidasi demokrasi berupa program terkait pemulihan ekonomi. Menyimak ancangannya, harus berkarya dalam ranah UMKM yang sampai detik ini masih menjadi andalan. Selain karena tidak bermodal besar, juga banyak melibatkan tenaga kerja sebagai jawaban dari banyaknya masyarakat yang dirumahkan pasca banyak korporasi gulung tikar.

Peran Golkar dalam membesarkan UMKM menjadi ujung tombaknya dalam meraih simpati publik. Dan pada gilirannya akan menguntungkan secara politik saat di mana ketua umumnya sedang giat-giatnya menjalankan roda pemulihan ekonomi.

Peran kongkrit partai politik dalam UMKM bisa menjadi pintu awal untuk menjadikan publik akan pentingnya kehadiran sebuah parpol. Jangan sampai ingatan publik akan parpol terjadi ketika ada hajat politik; dari pilkada, pileg sampai pilpres.

Kehadiran Golkar dalam UMKM bukan barang baru, mengingat dirinya sudah melekat dalam kekuasaan seumur usianya di republik ini. Lewat mesin birokrasi orde baru, Golkar sukses menempatkan diri dalam proyeksi pembangunannya dalam ekonomi kerakyatan.

Dari segi sejarahnya juga, Golkar adalah media berkarya bagi siapa saja yang mau membangun ekonomi kerakyatan selama puluhan tahun. Bahkan, terbukti sektor kementrian ekonomi pernah disinggahi kader pilihan Golkar.

Nyatanya, Golkar dan Airlangga adalah memutar kembali peran Golkar dalam ekonomi kerakyatan. Tinggal bagaimana setiap kader mampu membaca momentum emas itu untuk kejayaan Golkar.

Menjadi Golkar adalah melayani rakyat dengan karya produktif melepaskannya dari nestapa pandemi Covid-19. Nantinya akan dikenang, menang dan tidak mustahil menjadi tangga bagi kadernya untuk sampai pada pucuk pohon ibu pertiwi.

Semoga saja…